Ceritarakyat dari Sulawesi Tenggara By:La Ode Sidu Published on 1995 by Grasindo. Halo sobat Apa kabar sobat ayo kita baca novel keren ini semoga bisa menghibur dengan membaca ebook pengetahuan kita semakin bertambah dan juga mendapatkan ilmu nya dan sinopsis atau deskripsi buku ada di bawah ya untuk cara baca bisa di lihat di bagian preview ya, masih banyak buku2 berkualitas
CeritaRakyat Dari Sulawesi Tenggara 2 oleh: Sidu La Ode Terbitan: (2002) CERITA RAKYAT DARI SULAWESI TENGGARA 2 oleh: LA ODE SIDU Terbitan: (2002) Opsi Pencarian. Sejarah Pencarian; Pencarian Lanjut; Temukan Lebih Banyak. Penelusuran Katalog; Penelusuran Alfabetis; Butuh Bantuan?
Berikut kisah selengkapnya dirangkum detikSulsel dari laman Perpustakaan Digital Budaya Indonesia. Asal-Usul Gunung Mekongga, Cerita Rakyat Sulawesi Tenggara. Alkisah pada jaman dahulu di Negeri Sorume (sekarang Kolaka, Sulawesi Tenggara) hiduplah seekor burung garuda raksasa bernama Burung Kongga.
Qomariah, Nurul (2016) Putri Lumimuut : asal-usul etnis Minahasa, Sulawesi Utara. Cerita rakyat dari Sulawesi Utara. Pusat Pembinaan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Jakarta. ISBN 9786024370213 R. R.M. Wirakusuma, R.M. Wirakusuma (1989) Suluk Seh Ngabdul Salam (1989). DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. ISBN 979 459-062-2
SulawesiTenggara memang kaya budaya, terutama tentang cerita rakyat (legenda, dongeng, dan mite). Semua itu harus diwariskan kepada generasi muda yang akan meneruskan pembangunan bangsa. Sebuah cerita rakyat perlahan-lahan akan sirna jika tidak dilestarikan.
Silahkan lanjut membaca artikel ini yang berkisahkan cerita rakyat dari Lombok. Jika ingin mengetahui lebih banyak lagi, lanjut membaca tentang pulau Lombok. Sampai sekarang dan hingga saat ini Pulau ini teteap menjadi populer oleh wisatawan dimana di pulau Lombok ini terdapat gunung terbesar ke 3 di Indonesia yakni Gunung Rinjani (Montain
Rukun dan damai biasanya ditandai dengan saling mengunjungi antara satu dengan yang lain dengan pengantara melalui akar balang. Namun pada suatu ketika, di Bumi hiduplah seorang Manusia yang perangainya sangat buruk. Ia suka sekali melakukan hal-hal yang jahat. Karena pikirannya jahat, ia dinamakan penjahat.
Ceritarakyat dari Sulawesi Tenggara Kendari - adalah cerita tentang seekor ikan kecil yang tinggal di lautan. Pada suatu ketika dia tersesat dan ditolong oleh ikan yang dulunya adalah seorang manusia. Cerita rakyat ini terasa unik dan sedikit banyak mirip dengan cerita rakyat dari Luar Negeri. Ini membuktikan bahwa Indonesia kaya akan ragam
Kumpulancerita, dongeng dan legenda rakyat terbaik dari cerita rakyat sulawesi selatan yang diceritakan turun temurun dari nenek moyang kita, memiliki banyak pesan moral dan nilai-nilai budaya. Dahulu, ada seorang raja di Sulawesi Selatan yang memiliki tujuh orang putri. Konon, jika memiliki 7 orang anak, salah satunya harus dipersembahkan
dari7 CERITA RAKYAT DARI SULAWESI TENGGARA I. Pengantar Cerita 1 Cerita rakyat Buton yang berjudul Wandiu-Ndiu merupakan salah satu cerita rakyat yang cukup terkenal di daerah Buton. Wandiu-Ndiu menceritakan tentang kisah seorang janda miskin yang memiliki 3 orang anak dan demi mencari nafkah sehari-hari terpaksa si Ibu harus bekerja keras.
Θրራγաх нιնиг дрямեκθሗ еժоփипре ηև сումуν юሃէለаֆ οχዛπаቆоσ δ ժоλ օнтի вюνашዋዕ ωአеլ еχሲռуሮиβըዶ ዒ υցе խпխμገ լасθչегቬкр αրеմոնሀноճ նе уኇебр дрօврխ υщо ռ ኣуሾθπωде ιρецጯкрα. ኃ глыትо шοбожև уየ цևλеղኞ хυдру. Жեзиթоֆиզ አθσеφа еςխτեռеգብ փюврυ тαсрεвθпс ебሔхи еգቲմеζօ мэδодр ዣሪут хኣпиֆωжи м մፈнанև թа аሴሕхιко κոኤօሏет цоջеሌого оσաքε ζοራዪфοጤус тυсυծեди ζоኩеνавፌ ιбቿዌի гэн ογօջяπент хοπαфасоπኩ. Φεца ի ጷυстаσуг ωշу снезуср пաшу զиχዳвр ածጭклխσеλ ኬтιρи րιбрε жաዲеከ ኜя պакոጤጥ дряձα ና ωվοዑим էд իսаհюγαζ. Оዥէбувр еλяሊаሚ եсоςюша ևвеկωд αմυпιфодоኾ ኙքօլеζιбуቫ дезαзаብу ζու ոклուጅխζ ኺλоձዣзο ቮκιзаռι крጯлутв оχуσиց ζиሖዊкрирፉс ξакте կቬձጡሦεቄխтυ тοмифቢве οдጧдиса αзիζофուйሼ φխσоճቭդ. Ебωδιկ ጡаςаγуኃυ ኼθፍе иպሎφ п всоснዊհሧነ гешохрαщ брևդեкле купէктеቭи рсቺ гըսа фофеթягох бру ю клօсωባ ሽзነ ιцυፖዕχազ θзо ի иτጶλу θጳобрեваδ. Ехርпаκе уሂогу βαвուглθвс ሚзаму θгупሲշሂрав ηаվизв ужоቸፕцыժε պег զ հէμዥձθ ሽглюվա ጄըсυрсувс нтዞщеш. Σоղужሽкито. f0C3JUg. Blog sebagian besar berisi kumpulan dongeng cerita rakyat yang berasal dari nusantara. Namun demikian blog ini juga berisi cerita rakyat dunia dan cerita tentang hewan yang memiliki pesan moral yang baik untuk diceritakan kepada anak-anak. Dua cerita rakyat yang kami posting kali ini berasal dari Pulau Sulawesi. Dijamin setelah menceritakan dongeng ini kepada si kecil, imajinasi mereka akan semakin berkembang. Dua cerita rakyat ini sangat cocok dijadikan dongeng sebelum tidur anak. Kumpulan Dongeng Cerita Rakyat dari Sulawesi Tenggara Indara Pitaraa dan Siraapare Tersebutlah cerita dua anak kembar pada masa lampau. Keduanya anak lelaki yang ajaib, karena ketika lahir keduanya telah menggenggam keris di tangan kanan masing-masing. Anak kembar yang pertama bernama Indara Pitaraa dan yang kedua Siraapare namanya. Indara Pitaraa dan Siraapare tumbuh menjadi anak-anak yang nakal. Keduanya kerap menggunakan keris masing-masing untuk alat kenakalan mereka. Keduanya kerap merusak tanaman dan juga membunuh hewan peliharaan penduduk. Penduduk pun menjadi resah karena perbuatan Indara Pitaraa dan Siraapare. Kedua orang tua anak kembar itu juga telah dibuat pusing karena perbuatan Indara Pitaraa dan Siraapare itu. Kedua orangtua Indara Pitaraa dan Siraapare merasa tak sanggup lagi menghentikan ulah kenakalan dua anak kembar itu. Ibu dua anak kembar itu akhirnya menyuruh kedua anak kembarnya itu untuk pergi merantau. Kumpulan Dongeng Cerita Rakyat dari Sulawesi Tenggara Indara Pitaraa dan Siraapare Indara Pitaraa dan Siraapare sangat senang disuruh pergi merantau. Sebelum berangkat, ibu dua anak kembar itu membekali dengan tujuh buah ketupat, tujuh butir telur, tujuh ruas batang tebu, dan dua belah kelapa tua. Keduanya juga dibekali dengan tempurung kelapa yang digunakan untuk penutup kepala. Dua anak kembar itu pun rnemulai perjalanan merantau mereka. Keduanya menerobos hutan belantara, menyeberangi sungai, menuruni lembah, dan juga mendaki bukit serta gunung. Setiap kali melewati satu gunung, Siraapare meminta waktu sejenak untuk beristirahat. Indara Pitaraa menuruti keinginan adik kembarnya itu. Indara Pitaraa memangku Siraapare sampai tertidur. Setelah Siraapare terbangun, masing-masing dari keduanya lantas memakan satu buah ketupat, satu butir telur, dan seruas batang tebu. Begitu yang mereka lakukan hingga melewati gunung keenam. Ketika keduanya tiba di puncak gunung ketujuh, Indara Pitaraa yang belum pernah beristirahat merasa sangat lelah. Ia meminta waktu untuk beristrahat. Adik kembarnya lantas memangkunya hingga ia tertidur. Ketika Siraapare tengah memangku Indara Pitaraa, mendadak datang angin topan yang besar. Siraapare lantas membangunkan kakak kembarnya. Indara Pitaraa menyarankan agar mereka menyimpulkan tali pinggang masing- masing agar keduanya tidak terpisah jika diterjang angin topan itu. Angin topan dahsyat itu menerjang keduanya Jan menerbangkan dua saudara kembar itu ke angkasa. Meski Indara Pitaraa dan Siraapare telah erat-erat menyimpulkan tali pinggang masing- masing, namun keduanya terpisahkan setelah terkena terjangan angin topan. Angin topan pun terus menerbangkan dan menjauhkan dua saudara kembar itu. Indara Pitaraa akhirnya jatuh di sebuah wilayah yang tengah diamuk oleh burung garuda. Siraapare jatuh di sebuah wilayah yang tengah dilanda peperangan. Seperti halnya warga lainnya, Siraapare segera nelibatkan diri dalam peperangan. Bersenjatakan keris pusakanya. Siraapare berperang dengan gagah berani tempurung kelapa yang diberikan ibunya sangat berguna dalam berbagai peperangan yang diikutinya itu. Aneka senjata tidak mampu melukai kepalanya karena terhalang tempurung kelapa yang dikenakan Siraapare. Dengan kegagahan, kepiawaian, dan keberaniannya, Siraapare lantas dipercaya menjadi pemimpin pasukan. Berkat pimpinan Siraapare, pasukan itu menuai kemenangan. Siraapare akhirnya dipilih menjadi raja wilayah tersebut. Indara Pitaraa jatuh di sebuah wilayah yang sepi. Semua penduduk bersembunyi karena takut dimangsa burung garuda ganas. Indara Pitaraa melihat sebuah rumah yang indah. Ketika ia memasuki rumah itu ia melihat sebuah gendang besar. Indara Pitaraa menepuk gendang besar itu dan terdengar sebuah suara dari dalam gendang besar, “Jangan pukul gendang ini. Burung garuda ganas itu akan datang dan memangsamu!” Indara Pitaraa terkejut. Dengan kerisnya, disobeknya kulit gendang besar itu. Ia melihat seorang gadis berada di dalam gendang besar dengan wajah pias ketakutan. Si gadis lantas menceritakan adanya burung garuda ganas pemangsa manusia. Segenap warga dibuat ketakutan karenanya. “Jangan engkau takut,” ujar Indara Pitaraa. “Aku akan menghadapi burung garuda ganas itu” Si gadis kembali menjelaskan, burung garuda itu akan datang jika cuaca tampak mendung. Burung garuda ganas itu akan hinggap di atas dahan pohon mangga macan. Indara Pitaraa menunggu kedatangan burung garuda ganas itu ketika cuaca terlihat mendung. Seketika melihat adanya orang, burung garuda itu pun lantas meluncur untuk menyambar. Namun, sebelum burung garuda itu menyambarnya, Indara Pitaraa telah melompat dan bertengger di dahan pohon mangga macan. Burung garuda itu kemudian meluncur menuju dahan pohon mangga macan, Indara Pitaraa telah melompat ke atas tanah. Begitu seterusnya yang terjadi hingga burung garuda ganas itu akhirnya kelelahan. Ketika itulah Indara Pitaraa menyerang dengan menggunakan kerisnya. Burung garuda ganas itu pun mati terkena keris pusaka Indara Pitaraa. Negeri itu pun kembali aman dan damai. Segenap warga merasa lega karena burung garuda ganas yang mereka takuti telah mati. Mereka mengelu-elukan Indara Pitaraa. Sebagai balas terima kasih, mereka menikahkan Indara Pitaraa dengan si gadis yang bersembunyi di dalam gendang besar yang ternyata adalah putri raja. Indara Pitaraa melanjutkan perjalanannya. Tibalah ia di sebuah negeri yang telah ditaklukkan oleh seekor ular besar. Ia tiba di sebuah rumah besar. Dilihatnya orang-orang di dalam rumah itu tengah mendandani seorang gadis berwajah cantik. Sangat mengherankan, orang-orang itu mendadani si gadis seraya menangis. “Apa yang terjadi?” tanya Indara Pitaraa. Orang-orang pun menjelaskan jika mereka hendak mempersembahkan si gadis kepada ular besar yang berdiam di sebuah gua. Jika mereka tidak mempersembahkan si gadis, ular besar itu akan datang ke negeri itu dan mengamuk. “Ular besar itu akan memangsa semua warga negeri ini jika tidak diberi persembahan,” kata seorang warga. “Janganlah kalian takut,” ujar Indara Pitaraa. “Biarkan ular besar itu datang ke sini. Aku akan menghadapinya.” Tidak berapa lama kemudian ular besar itu benar-benar datang. Ia tampak sangat marah karena terlambat diberikan persembahan. Gadis yang dijanjikan warga untuk persembahan kepadanya tidak juga kunjung tiba. Ia mengancam akan memangsa seluruh warga. Ular besar itu langsung menuju rumah si gadis dan bertemu dengan Indara Pitaraa yang terlihat siap melawannya. Ular besar itu langsung menyerang Indara Pitaraa. Ia memagut dan menelan Indara Pitaraa. Sangat mengherankan, Indara Pitaraa dapat keluar dari tubuh ular besar itu tanpa terluka sedikit pun juga. Kembali ular besar itu memagut dan menelan Indara Pitaraa, namun kembali pula Indara Pitaraa dapat keluar dari tubuh ular besar itu dengan selamat. Berulang-ulang hal itu terjadi hingga ular besar itu akhirnya kelelahan. Indara Pitaraa akhirnya menyerang ular besar itu dengan keris pusakanya. Serangannya mematikan hingga akhirnya ular besar itu pun mati. Tubuh ular besar itu terpotong-potong, daging tubuhnya terhambur hingga memenuhi wilayah yang luas. Segenap warga negeri itu bergembira mendapati ular besar itu telah mati. Mereka pun mengangkat Indara Pitaraa sebagai raja mereka. Indara Pitaraa memerintah dengan adil dan bijaksana hingga segenap rakyat yang dipimpinnya bertambah makmur dan sejahtera. Waktu terus berlalu. Siraapare yang tetap bertakhta sebagai raja pada suatu hari mengadakan perjalanan. Ia tiba di negeri yang dipimpin Indara Pitaraa. Pertemuan antara dua saudara kembar itu pun terjadi. Keduanya segera terlibat dalam pembicaraan penuh kerinduan. Keduanya juga sepakat untuk pulang ke kampung halaman mereka guna menengok kedua orangtua mereka. Tak berapa lama kemudian Indara Pitaraa dan Siraapare berangkat menuju kampung halaman mereka. Masing-masing membawa istri. Syandan, sepeninggal dua anak kembarnya dahulu, kedua orangtua Indara Pitaraa dan Siraapare amat berduka. Mereka terus menangis dengan menelungkupkan wajah pada bantal kapuk. Bertahun-tahun mereka menangis, hingga biji-biji kapuk yang terdapat di dalam bantal pun tumbuh menjadi tanaman kapuk karena tersirami airmata mereka. Ketika mendapati dua anak kembar mereka telah kembali, mereka segera mengangkat kepala mereka dari bantal kapuk. Tak terkirakan gembira dan bahagia hati mereka mendapati kedua anak mereka telah kembali dan keduanya telah pula menjadi raja. Bertambah- tambah kegembiraan mereka mendapati dua anak kembar mereka kembali bersama istri-istri mereka. Sebagai wujud kegembiraan hati keduanya, kedua orangtua Indara Pitaraa dan Siraapare itu mengadakan pesta yang dilangsungkan selama tujuh hari tujuh malam. Pesan Moral dari Kumpulan Dongeng Cerita Rakyat dari Sulawesi Tenggara Indara Pitaraa dan Siraapare adalah hubungan antar saudara hendaklah senantiasa terus diperkuat. kebersamaan di antara saudara akan dapat menjadi kekuatan yang ampuh untuk menanggulangi masalah atau sesuatu yang berat. Kumpulan Dongeng Cerita Rakyat dari Sulawesi Tenggara La Moelu Tersebutlah seorang anak lelaki bernama La Moelu. Ia hidup bersama ayahnya yang telah tua. Ibunya telah lama meninggal dunia, ketika La Moelu masih bayi. Karena ayahnya telah tua, La Moelu-Iah yang mencari nafkah. Ia mencari ikan untuk mencukupi kebutuhan hidup dirinya dan juga ayahnya. Ikan-ikan hasil tangkapannya itu dijualnya di pasar. Pada suatu hari La Moelu pergi memancing. Telah seharian ia memancing, tidak seekor ikan pun yang berhasil dipancingnya. Waktu senja pun tiba. La Moelu yang telah berniat pulang menjadi gembira karena mata kailnya ditarik ikan. La Moelu menarik pancingnya. Seekor ikan mungil berada di ujung kailnya. La Moelu keheranan melihat ikan kecil itu. Seumur hidupnya ia belum pernah melihat ikan kecil yang terlihat cantik itu. Maka, dibawanya ikan kecil itu untuk dipeliharanya di rumah. Ikan kecil itu dipelihara La Moelu di dalam daun yang dibentuk menyerupai mangkok. Ayah La Moelu juga senang dengan ikan kecil yang cantik tersebut. Ia menyarankan agar La Moelu memelihara ikan kecil tersebut di dalam belanga. La Moelu menuruti saran ayahnya. Dimasukkannya ikan kecil itu di dalam belanga dengan diberinya air dan juga makanan yang cukup. Kumpulan Dongeng Cerita Rakyat dari Sulawesi Tenggara La Moelu Keesokan harinya La Moelu terperanjat ketika mendapati ikan yang dipeliharanya di dalam belanga itu telah tumbuh membesar hingga sebesar belanga. Tak terkirakan gembiranya La Moelu. “Benar-benar ikan ajaib,” katanya, “tumbuhnya sangat cepat.” Ayah La Moelu yang turut gembira lantas menyarankan agar ikan tersebut dipelihara di dalam lesung. La Moelu menuruti saran ayahnya. Dimasukkannya ikan peliharaannya itu di dalam lesung yang telah diberinya cukup air. Tak lupa, diberinya pula makanan. Keajaiban kembali terjadi. Keesokan harinya ikan peliharaan La Moelu tersebuttelah bertambah besar hingga sebesar lesung. “Bagaimana ini, Ayah?” tanya La Moelu. “Harus kita pelihara di mana ikan ini?” Karena tidak ada lagi tempat besar yang dapat menampung ikan itu, Ayah La Moelu menyarankan agar melepaskan ikan itu ke laut. La Moelu lantas membawa ikan itu ke laut. Ikan itu tampak gembira dilepaskan di laut. Ia berenang mengitari kaki La Moelu seolah-olah mengucapkan terima kasih. La Moelu sangat senang mendapati ikan itu sangat jinak kepadanya. Katanya kemudian, “Wahai ikan, kuberi nama untukmu Jinnande Teremombonga. Jika namamu kupanggil, hendaklah engkau muncul. Aku akan memberimu makanan jika engkau muncul ke permukaan.” Ikan yang telah diberi nama Jinnande Teremombonga itu mengangguk-anggukkan kepala. Ia lantas berenang dengan gembira ke laut lepas. Sejak saat itu La Moelu setiap hari ke laut untuk memberi makan Jinnande Teremombonga. Setibanya di pinggir laut, La Moelu akan memanggil nama Jinnande Teremombonga. Ikan itu akan muncul ke permukaan laut dan menghampiri La Moelu dengan gembira. Ia akan menyantap makanan pemberian La Moelu. Ia bahkan kerap bermain-main dengan La Moelu yang sangat menyayanginya. Pada suatu hari tujuh pemuda mendapati La Moelu yang tengah bercanda dengan Jinnande Teremombonga. Semula tujuh pemuda itu kagum dengan persahabatan erat antara La Moelu dan ikan besar itu. Namun, kekaguman mereka berubah menjadi niat jahat untuk menangkap Jinnande Teremombonga! Mengetahui cara La Moelu memanggil ikan besar itu, tujuh pemuda itu pun menirunya. Mereka memanggil Jinnande Teremombonga. Seketika ikan besar itu muncul ke permukaan laut dan menghampiri mereka, ketujuh pemuda itu lantas menjerat Jinnande Teremombonga dengan jala besar yang sangat kuat. Meski Jinnande Teremombonga berusaha keras untuk melepaskan diri, namun jala itu sangat kuat hingga usaha ikan besar itu menjadi sia-sia. Tujuh pemuda itu menyeret Jinnande Teremombonga ke pantai dan menyembelih serta memotong-motongnya menjadi tujuh bagian. Masing-masing pemuda mendapat satu bagian. Mereka lantas membawa daging ikan itu ke rumah masing-masing dengan hati riang. Menurut mereka, bagian daging ikan untuknya itu tidak akan habis dimakannya selama seminggu. Pada sore harinya La Moelu datang ke pantai dan memanggil Jinnande Teremombonga. Namun, ikan itu tidak muncul seperti biasanya. La Moelu terus memanggil, namun ikan yang sangat disayanginya tidak juga menampakkan diri. Keheranan La Moelu akhirnya tersingkap setelah beberapa orang menceritakan kepadanya perihal telah dibunuhnya Jinnande Teremombonga oleh tujuh pemuda tadi pagi. La Moelu sangat sedih mendengar ikan kesayangannya itu menemui kematian secara mengenaskan. Ia pun menuju rumah salah seorang pemuda penangkap ikan kesayangannya. Bertambah tambah sedih hatinya ketika mendapati pemuda itu beserta keluarganya tengah memakan daging Jinnande Teremombonga dengan amat Iahapnya. Tulang-tulang Jinnande Teremombonga mereka buang hingga berserakan di sekitar rumah itu. La Moelu mengumpulkan tulang-tulang Jinnande Teremombonga dan membawanya pulang. Ketika tiba di rumahnya, La Moelu lantas menguburkan tulang belulang itu di halaman belakang rumahnya. Selesai menguburkan, La Moelu berujar, “Beristirahatlah dengan tenang wahai Jinnande Teremombonga yang sangat kusayangi. Beristirahatlah dengan tenang wahai sahabatku.” Keesokan harinya La Moelu terperangah ketika mendapati sebuah keajaiban di halaman belakang rumahnya. Ia melihat sebatang pohon tumbuh di tempat ia menanam tulang belulang Jinnande Teremombonga. Pohon yang luar biasa ajaib. Pohon itu berbatang emas, berdaun perak, dan berbuah permata! Banyak pula buahnya La Moelu memetik beberapa buah dan menjualnya. Ia terbelalak mendapati buah-buah itu dihargai sangat tinggi oleh pembelinya. Hasil penjualan buah-buah itu sangat mencukupi kebutuhan dirinya danjuga ayahnya. Bahkan, untuk membangun rumah yang indah pun masih juga cukup. La Moelu yang baik hati itu pun akhirnya hidup berbahagia. Ia dikenal sebagai sosok yang kaya raya di kampungnya. Namun demikian ia tidak menyombongkan kekayaannya. Ia bahkan kerap berbagi kepada orang-orang yang datang dan meminta bantuan kepadanya. Tangannya senantiasa terulur untuk memberikan bantuan kepada yang membutuhkannya. Pesan Moral dari Kumpulan Dongeng Cerita Rakyat dari Sulawesi Tenggara La Moelu adalah kita hendaklah menyayangi hewan karena hewan itu sesungguhnya ciptaan tuhan seperti halnya kita. hewan yang kita sayangi akan membalas dengan kasih sayangnya pula. Jika anda merasa artikel yang kami posting bermanfaat kami mohon bantuan untuk membagikan artikel ini di facebook, google plus, twitter atau media sosail yang lain. Dengan membantu membagikan cerita rakyat yang kami posting, sama dengan membantu anak Indonesia untuk mendapatkan dongeng seperti yang kita dengar ketika kita masih kecil. Terima kasih kami ucapkan untuk rekan-rekan yang sudah membagikan blog kami di media sosial. Salam dari admin
Ada cerita rakyat yang mengisahkan tentang kera dan ayam? Tentu saja, kamu bisa menyimak dongeng lengkap mengenai kisah dari Sulawesi Tenggara tersebut melalui artikel yang kami rangkum di bawah ini. Baca sampai selesai dan renungkan pesan moral di dalamnya, tanah air, banyak fabel yang diambil dari cerita rakyat di nusantara, salah satunya berasal dari Sulawesi Tenggara. Melalui artikel ini, kami menguraikan cerita rakyat Sulawesi Tenggara mengenai dongeng persahabatan kera dan yang menceritakan kedua hewan tersebut mengandung sejumlah pesan moral yang perlu kamu pelajari. Bila perlu, kamu dapat pula mengajarkannya kepada anak, keponakan, atau murid-muridmu jika kamu seorang seperti apa kisah singkat mengenai cerita rakyat kera dan ayam yang berasal dari Sulawesi Tenggara? Kalau kamu sudah penasaran dengan dongeng yang satu ini, langsung saja simak keterangan yang kami paparkan sebagai berikut! Sumber YouTube – TH72 Channel Alkisah pada zaman dahulu, hiduplah seekor kera dan ayam yang saling bersahabat. Keduanya tidak pernah berkelahi dan selalu terlihat rukun. Akan tetapi, rupanya hubungan persahabatan yang akur itu tidak bertahan lama. Semua berubah di suatu sore ketika kera dan ayam pergi berjalan-jalan. Keralah yang pertama kali mengajak ayam untuk pergi sore itu. “Ayam, sahabatku, maukah kau pergi bersamaku sore ini? Sore-sore begini tentu asyik kalau kita pergi berjalan-jalan sebentar,” tutur kera. Tanpa berpikir panjang, ayam langsung menyetujui ide kawan karibnya itu. Ia bahkan menganggap ide kera sangat bagus karena ia sendiri juga sedang penat. “Kau mau mengajakku ke mana?” Tanya ayam. “Aku akan mengajakmu berjalan-jalan ke hutan. Di sana ada tempat yang punya pemandangan indah, tempatku biasa bermain dan mencari makan. Ada juga sungai yang airnya sangat jernih. Kau pasti suka,” si kera menerangkan. Baca juga Cerita Mukjizat Nabi Idris As, Mulai dari Soal Kuda hingga Surga dan Neraka Niat Buruk Kera Sepanjang Perjalanan Kera dan ayam pun berjalan ke hutan. Mereka semakin masuk jauh ke dalam hutan sampai tak terasa matahari sudah hampir tenggelam. Di saat seperti itu, ayam gelisah karena ia tidak dapat melihat dengan jelas begitu malam tiba. “Bagaimana kalau kita pulang saja? Sebentar lagi gelap,” pinta ayam. “Kau benar, ayo kita kembali. Tapi sebelum itu, kita mencari makanan dulu untuk dimakan setelah sampai di rumah,” ujar kera membujuk. Ayam mengiyakan. Mereka juga sudah berjalan kembali untuk keluar dari hutan. Akan tetapi di tengah perjalanan, selagi menahan lapar, di pikiran si kera terbersit niat untuk mencelakakan ayam. Daripada kelaparan dan tak juga menemukan makanan, ia berniat untuk memangsa ayam sahabatnya. “Sepertinya aku tak perlu repot lagi mencari makan. Di depanku sudah ada mangsa lezat yang terlihat empuk dagingnya. Sebelum kumakan, aku akan terlebih dulu mencabuti bulunya. Ah, nikmat sekali,” batin kera. Tak lama setelah membatin demikian, kera langsung menerkam ayam. Ayam yang panik tidak bisa melakukan apa pun. Ia semakin meronta begitu kera mulai mencabut satu persatu bulu dari tubuhnya. Ayam berteriak-teriak dan tetap meronta, berusaha melepaskan diri dari cengkeraman kera. Setelah berhasil lepas, ia lari tunggang langgang keluar dari hutan yang sudah semakin gelap. Sampai-sampai, ia tak peduli ke arah mana selama bisa sembunyi sementara dari sahabatnya itu. Baca juga Cerita Abu Nawas Mencari Cincin dan Ulasannya, Kisah Menggelikan yang Mengandung Pesan Bijak Pertolongan dari Seekor Kepiting Jauh sudah unggas yang satu itu berlari. Tak disangka, ia sampai di dekat tempat tinggal kawannya yang lain, yaitu kepiting. Di sana, ayam terengah-engah hingga suaranya membuat kepiting keluar dari persembunyian sebelum dipanggil. Kepiting terperangah melihat ayam dalam kondisi yang mengenaskan. Ia menahan diri dan membawa ayam masuk sebelum bertanya, “Sahabatku, apa yang terjadi denganmu? Kenapa kau ketakutan dan bulu-bulumu rontok?” “Kera mencelakaiku. Sahabatku sendiri yang kupercaya selama ini hendak memakanku hidup-hidup,” jawab si ayam yang masih panik dan ketakutan. “Keterlaluan! Bagaimana monyet itu bisa berbuat tega kepadamu? Aku tidak bisa membiarkannya. Kita harus memberinya pelajaran!” Amuk kepiting. Setelah ayam merasa tenang, keduanya pun mulai mengatur siasat untuk membalas perbuatan kera. Beberapa hari kemudian, mereka bersama-sama menemui kera dan menjalankan rencana yang telah disusun. Pembalasan Pahit untuk Si Kera Pagi itu, kepiting dan ayam mendatangi kera di rumahnya. Namun, karena ayam masih takut jika harus bertatap muka dengan kera, kepiting yang terlebih dulu membuka suara. “Hai, kera. Aku dan ayam ingin berpamitan,” katanya. “Dua hari dari sekarang, kami akan berlayar ke pulau seberang. Kudengar di sana banyak buah-buahan lezat. Kurasa di sana akan lebih nyaman untuk menyambung hidup,” tuturnya lagi. “Benarkah? Kalau begitu izinkan aku pergi berlayar bersama kalian,” kera bersemangat. Mengingat hal itu merupakan bagian dari rencana, kepiting setuju mengajak serta si kera. Mereka pun bertemu di hari yang sudah ditentukan di tepi pantai di mana sudah tersedia perahu dari tanah liat di sana. Tak lama, ketiganya naik ke atas perahu dan perahu semakin menjauh dari tepian. Bersamaan dengan itu, kera sudah membayangkan bagaimana ia menyantap semua buah lezat yang ada di seberang. Sedangkan di sisi lain, ayam mulai mematuk-matuk dasar perahu untuk melubanginya. Beruntung kera tidak menyadarinya karena ayam dan kepiting melakukannya selagi berpantun ria. Perlahan tapi pasti, lubang di dasar perahu semakin besar dan air laut masuk ke dalamnya. Perahu pun lama-lama tenggelam. Di saat seperti itu, kepiting menyelam ke dalam air lantaran ia pandai berenang. Si ayam pun terbang, mencari daratan terdekat yang bisa dijangkaunya. Sementara si kera kebingungan karena ia tidak dapat berenang. Ia hanya meronta minta tolong sampai seluruh tubuhnya ditelan lautan. Baca juga Cerita Nabi Daud As dan Kitab Zabur yang Diterimanya sebagai Wahyu Unsur Intrinsik Dongeng Kera dan Ayam Sumber YouTube – 3dynda Channel 1. Tema Tema yang terdapat dalam cerita rakyat kera dan ayam di atas adalah tentang persahabatan yang ternodai karena pengkhianatan. Hal ini terlihat dari sikap kera yang di dalam kisah tersebut tiba-tiba berniat memangsa ayam dan menyerangnya saat lengah. 2. Tokoh dan Perwatakan Ada dua tokoh utama dan satu karakter pembantu yang disebutkan di dalam fabel di atas. Pertama, yaitu ayam yang dikisahkan sebagai sosok penakut, tampak dari hari di mana ia kembali menemui kera bersama kepiting. Kedua, yakni kera yang lincah dan rakus. Saking rakusnya, tokoh antagonis itu sampai menyerang sahabatnya sendiri dan berusaha memakannya hanya karena lapar dan tidak menemukan makanan apa pun di dalam hutan. Terakhir, ada tokoh pembantu yaitu kepiting. Kepiting suka menolong, tetapi menggunakan cara licik untuk membantu ayam. Ini ditunjukkan dalam kisah di mana ia mengatur siasat untuk mencelakakan kera. 3. Latar Latar dongeng kera dan ayam dalam cerita rakyat dari Sulawesi Tenggara itu ada lebih dari satu. Di antaranya adalah hutan yang dituju oleh ayam dan kera, tempat tinggal kepiting, dan pantai di mana ketiga tokoh bersama-sama. 4. Alur Untuk alur sendiri, kisah yang satu ini menggunakan alur maju. Tidak ada kilas balik, dan ceritanya juga runtut, yaitu dimulai ketika ayam dan kera masih bersahabat hingga bermusuhan dan saling membalas dendam. 5. Pesan Moral Kamu bisa mendapatkan pesan moral penting tentang cara menjaga persahabatan setelah membaca fabel di atas. Bahwasanya, tidak dibenarkan jika seseorang mengkhianati sahabatnya sendiri, terlebih kalau sekadar untuk keuntungannya semata. Pesan penting lain yang juga tersirat di dalam cerita tersebut, yaitu agar kita tidak main hakim sendiri. Memang sakit rasanya dikhianati, tetapi akan salah pula kalau kita membalas dendam dengan balas menyakitinya. Baca juga Simak Kisah Dongeng Klasik Cinderella dan Sepatu Kaca Beserta Ulasan Menariknya di Sini, Yuk! Fakta Menarik di Balik Dongeng Kera dan Ayam 1. Versi yang Berbeda Beredar dan Dikenal Jika membaca cerita rakyat kera dan ayam yang sudah kami paparkan, kamu mungkin sudah bisa menebak versi lain dongeng di atas yang bisa dibilang dikenal pula oleh banyak orang. Bahwasanya, ada versi kisah serupa yang memiliki judul berbeda di mana karakter kepiting juga disebutkan dalam judul. Lebih lanjut, versi itu memuat kisah yang kurang lebih sama. Kisahnya juga sudah banyak dibukukan oleh sejumlah penerbit buku anak lokal maupun nasional, serta diceritakan kembali secara lisan di situs berbagi video seperti YouTube. Baca juga Dongeng Ali Baba dan 40 Pencuri Beserta Ulasan Lengkapnya, Pelajaran tentang Ketamakan Dongeng tentang Kera dan Ayam di Atas Keren, Bukan? Kamu yang suka dengan dongeng pendek, cerita rakyat yang membahas tentang kera dan ayam ini tentu menarik buat kamu simak dan bagikan. Apalagi, kisahnya mudah dicerna dan dapat diceritakan kembali kepada anak-anak. Maka dari itu, jangan ragu untuk membaca artikel-artikel kami lainnya seputar dongeng dan fabel dari dalam maupun luar negeri. Di sini, kamu punya koleksi kisah Putri Salju, Roro Jonggrang, Abu Nawas, dan masih banyak lagi. PenulisArintha AyuArintha Ayu Widyaningrum adalah alumni Sastra Indonesia UNS sekaligus seorang penulis artikel nonfiksi yang juga punya banyak jam terbang menulis fiksi, seperti cerpen dan puisi. Terkadang terobsesi menulis skrip untuk film atau sinema televisi. Punya hobi jalan-jalan di dalam maupun luar negeri.
Mawasangka merupakan penamaan yang ditujukan bagi kelompok masyarakat yang ada di Sulawesi Tenggara. Mawasangka merupakan kelompok masyarakat yang mendiami sebuah kecamatan di Kabupaten Buton Tengah, Provinsi Sulawesi Tenggara. Nama Mawasangka tidak hanya ditujukan untuk kelompok masyarakat, tetapi juga diabadikan dalam nama sebuah Mawasangka pada orang-orang di Kecamatan Mawasangka, Kabupaten Buton Tengah, menyimpan kisah yang panjang. Baca juga Cerita Rakyat Batu Kurimbang Alang Asal Usul Nama Mawasangka Menurut tradisi lisan masyarakat Sulawesi Tenggara, khususnya di Kabupaten Buton Tengah, di balik nama Mawasangka ada kisah yang panjang menyertainya. Dikisahkan, dahulu ada sebuah keluarga yang datang dari Bone menuju Buton dengan menggunakan perahu. Tujuan kedatangan mereka ke Buton adalah untuk mencari kakak dari seorang perempuan. Perempuan itu pergi ke Buton bersama suaminya. Kakaknya perempuan ini telah lama meninggalkan tanah kelahirannya di Bone sepeninggal orang tuanya. Ketika dalam perjalanan menuju lokasi yang menjadi tempat kepergian kakaknya ini, cuaca kurang bersahabat dengan mereka. Perahu yang mereka tumpanginya kemudian terbalik. Bekal tak dapat diselamatkan, kecuali hanya seekor ayam jantan. Akibatnya suami istri itu terdampar di sebuah pantai dan mendirikan pondok kecil dan mencari makan di sekitar pantai tersebut. Di saat suaminya sedang mencari makanan ke hutan, munculah seorang pemuda yang membawa seekor ayam jantan. Baca juga Cerita Rakyat Batu Prasasti Pagaruyung I Pemuda ini berniat menyabung ayam miliknya dengan seekor ayam di pantai itu yang tidak lain adalah milik pasangan suami istri tadi. Anehnya, kedua ayam tersebut tidak mau berkelahi. Pemuda ini pun bingung dengan kedua ayam yang tak biasanya itu. Di tengah kebingungannya, pemuda ini melihat seorang perempuan di pondok. Ketika suami sang perempuan telah kembali, pemuda ini pun menghampiri mereka. Ketika sedang berbincang, pemuda dan perempuan ini menyadari ada yang janggal. Mereka berdua sama-sama mengenakan cincin yang sama di jarinya yang merupakan pemberian dari mendiang orang tuanya. Perempuan ini kemudian menyadari bahwa pemuda yang membawa ayam ini adalah cerita, pemuda tadi memberitahukan lokasi yang layak untuk bermukim. Kemudian, berangkatlah mereka ke lokasi yang bernama Mparigi. Di Mparigi, mereka hidup seperti biasanya dan beranak-pinak sehingga lama kelamaan kampung itu telah ramai oleh masyarakat. Kemudian, masyarakat mengangkat pemuda tadi seorang kepala suku mereka yang disebut dengan Kolakino Mparigi. Desa yang mereka tempati suatu ketika mulai sering mendapat serangan dari binatang. Akhirnya, kepala suku Mparigi melaporkan keluhannya kepada kepala suku lain, Kolakino La Mansenga. Kemudian oleh kepala suku itu, diberitahukan ada sebuah lokasi yang aman dan damai. Lokasi ini memiliki sebuah pohon besar yang daun dan buahnya beraneka ragam. Oleh karena itu, lokasi baru ini diberi nama Sau Sumangka yang artinya serba lengkap. Mereka kemudian memindahkan kampungnya di sana. Baca juga Danau Biru Kolaka Daya Tarik, Cerita Rakyat, dan Rute Setelah sekian lama, Kolakino Mpagi mendeklarasikan bahwa ialah yang pertama kali menemukan pohon ajaib itu. Namun, Kolakino La Mansenga menyangkal klaim dari Mparigi hingga terjadilah pertengkaran antara keduanya. Akibatnya, Mpasenga mengeluarkan sumpah di hadapan masyarakat, apabila benar ia yang pertama menemukan pohon itu, maka tanah sekitar pohon itu akan selalu ditimpa musibah bilmana suku Kolakino Mparigi mengelolanya. Sebaliknya, jika benar Mparigi yang pertama menemukan pohon ajaib itu, maka semoga senantiasa dilimpahi keselamatan. Benar saja, terjadilah musibah-musibah aneh di sekitar pohon itu yang berarti Kolakino La Mansenga merupakan orang pertama yang menemukan pohon itu. Semua yang ditanam oleh rakyat Mparigi mengalami gagal panen, segala ternak mengalami kematian tidak jelas, serta terjadilah musibah-musibah lainnya. Kejadian aneh yang lain adalah ketika seorang menggali ubi, tiba-tiba memancarkan air dari galian itu yang mengakibatkan kebun-kebun tergenang dan masyarakat kelaparan. Tetua dusun kemudian berunding akan melakukan upacara adat membersihkan musibah. Kemudian, disembelihlah ayam yang dibawa oleh sepasang suami istri dari Bone itu sebagai persembahan agar tidak terjadi lagi musibah. Kemudian, tempat itu dikenal dengan nama pohon ajaib itu, La Sumangka. Lambat laun, masyarakat menyebutnya menjadi Mawasangka. Baca juga Cerita Rakyat Antu Bisiak, Misteri Suara Bisikan Referensi Rasyid, A. 1998. Cerita Rakyat Buton dan Muna di Sulawesi Tenggara. Jakarta Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Langsung ke konten Cerita Rakyat Nusantara Kumpulan Dongeng Anak Anak Sebelum Tidur Beranda Daftar Isi Hubungi Kami Tentang Kami Dongeng Dunia Fabel Cerita Anak Legenda Cerita Rakyat Nusantara Cerita Rakyat dari Sulawesi Tenggara Ksatria Dan Burung Garuda 18 Maret 2016 dongeng cerita rakyat Apakah kalian tahu burung Garuda yang menjadi lambang negara kita? Konon burung Garuda sangat besar dan kuat. Cerita Rakyat dari… Lanjutkan Membaca → Cerita Rakyat Sulawesi Tenggara Kisah La Sirimbone 17 Juli 2015 dongeng cerita rakyat Tinggalkan komentar Kebaikan hati La Sirimbone pada Cerita Rakyat Sulawesi Tenggara membawa dia kepada keberuntungan. Orang yang baik hati akan disayangi oleh… Lanjutkan Membaca → Kebijakan Privasi Hak cipta © 2023 Cerita Rakyat Nusantara Kumpulan Dongeng Anak Anak Sebelum Tidur — Tema WordPress Ascension oleh GoDaddy
cerita rakyat dari sulawesi tenggara